Bagaimana cara yang baik untuk berbicara tentang takdir?
Ada takdir yang datang lalu kita sambut dengan suka cita.
Ada juga takdir yang datang kemudian kita menolak dan membencinya.
Dan ada pula takdir yang datang tapi kita tidak menyukainya namun kemudian dengan hati yang lapang akhirnya kita menerimanya.
Penerimaan tiap orang terhadap takdir memang berbeda-beda. Termasuk saya.
Terhadap kamu, saya merasa-rasa kalau kamu memang takdir saya.
Awalnya tentu berat saya menerimamu sebagai takdir saya
Karena saya sudah terlanjur sakit hati duluan
Sakit hati yang lahir karena keegoisan dan prasangka yang saya bangun sendiri di otak saya
Karena entah kenapa kisah denganmu ini terlampau rumit untuk saya telan sendirian
Lalu saya menunggu Tuhan yang menggerakkan hati saya
Kearah mana Dia akan membimbing saya
Saya benar-benar pelajari dan menterjemahkan kata hati
Saya pasrah saja, mengikuti nurani saya
Berharap itu benar-benar petunjukNya
Penerimaan takdir ini bukan semata-mata karena saya putus asa
Ini sebab saya mengalah dengan kenyataan, yang sudah Tuhan gariskan
Karena saya yakin Tuhan selalu memberikan kebaikan-kebaikanNya kepada saya
Kini aku terima takdirku yaitu kamu, walau awalnya saya sakit hati!
Sakit hati yang kini mulai pelan-pelan sirna dari diri saya
Dan berharap ini takdir tebaik untuk saya agar bisa lebih baik lagi, lebih hebat lagi!
"Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan"
[Tere Liye dalam Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar